Kisah Sukses Desa Wisata Dieng Kulon

Desa Wisata Dieng Kulon adalah desa eksotis yang berada di pusat pegunungan Dieng. Desa ini adalah salah satu desa di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Berada pada ketinggian 2.000 – 2.500 mdpl dengan view dan landscape yang mempesona, menjadikan Desa Dieng Kulon sebagai pilihan tempat favorit untuk di kunjungi. Kesejukan udara lingkungan yang masih alami dan berbagai wisata alam dan budaya mampu menyihir setiap orang yang datang ke daerah dataran tinggi Dieng.

Kata “Dieng” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Di’” yang berarti tempat yang tinggi atau gunung, dan “Hyang” yang berarti kahayangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, bisa diartikan bahwa “Dieng” adalah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam (The Gods Abode).

Ada juga yang percaya asal mula nama “Dieng” dari bahasa Jawa, yaitu “adi” yang berarti indah dan “aeng” yang berarti aneh. Jadi kata Dieng berarti tempat yang indah sekaligus penuh keanehan dan misterius.

Desa Wisata Dieng Kulo kini terkenal dengan beberapa daya tarik wisata, antara lain: Kompleks Candi Dieng, Kawah Sikidang, Telaga Bale Kambang, Gasiran Aswotomo, Sendang Sedayu, Sendang Merokoco dan Telaga Semurup.

Daya tarik wisata Kompleks Candi Dieng sudah cukup terkenal, bahkan salah satu candi ketiga terbanyak yang dikunjungi para wisatawan di Jawa Tengah, hanya kalah dari Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBesbvrs6aB8x3SXGlVty04HY39Fae49G0i_bK8msp0Za-OexlXF5PDaYAgUhPgW1yRMJiAEQI29dosMdSb8NSfxvP0oEBf9avgfmVf6Au7yWR2AKKR-QWELtSPTIzoazP6Swis3Q-lG4/s16000/Kisah-Sukses-Desa-Wisata-Dieng-Kulon.JPG" alt="Kisah Sukses Desa Wisata Dieng Kulon"/>
Gambar : Kisah Sukses Desa Wisata Dieng Kulon

Tapi siapa sangka, dulu kesuksesan Dieng Kulon sebagai sebuah desa wisata itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Walaupun Dieng Kulon mempunyai potensi luar biasa dalam pariwisata yang berupa panorama alam yang indah, peninggalan candi yang bersejarah serta budaya unik yang layak dijual, warga desa Dieng Kulon tidak terlalu tertarik dan merasa pesimis dengan industri pariwisata.

Sebenarnya saat itu sudah mulai ada wisatawan yang berkunjung ke Dieng Kulon, namun jumlahnya masih sangat sedikit dan hanya dari para kalangan tertentu saja.

Saat itu warga Desa Dieng Kulon lebih memilih fokus bekerja sebagai petani kentang yang berdampak dengan adanya kerusakan lingkungan. Lahan yang tersedia juga terlalu sempit, sehingga cukup banyak pemuda yang menganggur karena tidak mempunyai lahan untuk bercocok tanam. Budaya warisan leluhur pun terancam punah karena tidak ada warga yang melestarikannya.

Melihat hal-hal tersebut Alif faozi, seorang warga asli Dieng yang terpilih menjadi Ketua Pemuda dan Katang Taruna, merasa terpanggil untuk membuat sebuah program pemberdayaan masyarakat pada tahun 2006.

Saat itu Alif dan teman-temannya memilih bentuk wisata sebagai memberdayakan warga desa Dieng Kulon, mengingat potensinya yang sangat besar, sangat di sayangkan jika ditelantarkan begitu saja. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng pandawa dan Klaster Pariwisata Dieng pun kemudian terbentuk. Ini merupakan sebuah bagian dari program Bersama dengan pemerintah untuk Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif.

Menjadikan Dieng Kulon sebagai destinasi wisata itu bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan keuletan dan kesabaran ekstra. Cita-cita mulia untuk mengubah nasib warga Dieng Kulon ini Haruslah di mulai dengan mengubah mindset atau cara berpikir warga Dieng Kulon itu sendiri.

Perjuangan awal sangatlah sulit, saat itu warga Dieng Kulon menganggap negatif pada industri pariwisata, sehingga program desa wisata ini mendapatkan tentangan keras. Warga khawatir jika pariwisata bisa merusak perilaku dan budaya desa.

Bahkan cacian, namun Alif dan teman-temannya tidak menyerah, tetapi mereka justru merangkul warga yang menentangnya dan tanpa bosan menjelaskan keuntungan program desa wisata bagi seluruh warga desa.

[next]

Di saat awal tak banyak warga yang mau terlibat dalam desa wisata ini, warga yang mau rumahnya di jadikan homestay hanya ada 5 rumah saja. Tak hanya itu, hanya ada 10 pemuda yang mau direkrut jadi pemandu lokal, itu pun yang aktif hanya dua orang.

Tapi Alif tak menyerah begitu saja. Warga kemudian di coba kembali untuk dilibatkan secara aktif, untuk segera mewujudkan program desa wisata ini. Secara perlahan tapi pasti, program Community Based Tourism (Pariwisata Berbasis Masyarakat) atau desa wisata ini semakin diterima masyarakat dan mulai menunjukkan hasil.

Pada tahun 2009 tercatat Dieng Kulon hanya menerima 55.372 wisatawan, kemudian tahun 2010 mengalami kenaikkan lagi dengan jumlah 85.131 wisatawanyang berkunjung pun mengalami kenaikan yang cukup drastis. Tercatat jumlah wisatawan yang berkunjung adalah 156.170 (2011), 166.421 (2012), 184.092 (2013), 297.650 (2014), 384.567 (2015), 428.079 (2016), dan 454.263 (2017).

Dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang tentu saja warga Dieng Kulon pun juga ikut terdongkrak naik. Jika tahun 2012 warga pemilik homestay di Dieng Kulon rata-rata mendapatkan Rp. 3,5 juta perbulan, maka di tahun 2017 mereka mampu mendapatkan Rp. 4,35 juta perbulan.

Begitu juga dengan pendapatan guide atau pemandu lokal, juga mengalami peningkatan pendapatan yang signifikan. Jika pada tahun 2012 seorang guide mendapatkan Rp. 1,75 juta perbulan, maka tahun 2017 seorang guide mampu mendapatkan Rp. 3 juta perbulan.

Kenaikan pendapatan ini juga dialami oleh warga desa pelaku usaha di bidang lainnya seperti UKM makanan khas, kesenian/tarian daerah, para fotografer, kerajinan, keamanan dan parkir, angkutan hingga bidang usaha outbond.

Tak hanya kunjungan omzet yang terus melaju, Dieng Kulon mulai mendapatkan berbagai penghargaan. Tahun 2008 atau setelah dua tahun berjalan, Desa Wisata Dieng Kulon mendapatkan penghargaan pertamanya dari Lomba Apresiasi Pokdarwis Provinsi Jawa Tengah kemudian berbagai penghargaan diraih. Baik penghargaan dengan skala nasional maupun internasional, bahkan Dieng Kulon mampu menyabet Penghargaan CBT ASEAN Award pada tahun 2017.

<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8sHtx4bU5nl1Zk-uhXeof5oufBZtlpqL8jGwjIW7BBXFKaf6dV9pPYQRsMklRg2krssMMBMsjaYjOVqryQ65y07NfxXv5c8ZF9EnsLcBV7hQi-iJJy8rszAQmOiECgITAlk1iPKSxX5M/s16000/keindahan-desa-wisata-dieng-kulon.JPG" alt="Keindahan Desa Wisata Dieng Kulon"/>
Gambar : Keindahan Desa Wisata Dieng Kulon [Kisah Sukses Desa Wisata]

Kini ada 8 kelompok usaha di bawah naungan Pokdarwis Dieng Pandawa pimpinan Alif, yaitu: kelompok homestay, kelompok kerajinan souvenir, kelompok UKM makanan Khas, kelompok keamanan dan ketertiban, kelompok agrowisata, kelompok seni budaya, kelompok guide local/pecinta alam, dan kelompok pemasaran.

Jika diawal hanya ada 5 homestay, kini Dieng Kulon mempunyai 225 homestay, begitu juga dengan pemuda guide local, dari 2 orang menjadi 170 orang (75 orang sudah berlisensi uji kompetensi nasional dan 95 orang dalam tahap pembelajaran).

Acara kesenian berskala besar pun kini terus diadakan secara teratur di Dieng Kulon setiap tahun. Event Dieng Culture Festival yang dilaksanakan selama tiga hari ternyata mampu mendatangkan wisatawan sekita 150.000 orang.

Selama perhelatan kesenian tersebut diperkirakan uang yang berputar di Dieng Kulon, acara tahunan ini juga membawa berkah hingga 12 desa sekitar, karena kapasitas jumlah akomodasi Desa Wisata Dieng Kulon tidak mampu lagi menampung antusiasme wisatawan.

Terima kasih telah membaca artikel di Web-Blog FORMAT ADMINISTRASI DESA yang berjudul: Kisah Sukses Desa Wisata Dieng Kulon. Konten tersebut mengulas tentang Kisah Sukses Desa Wisata Dieng Kulon - Desa Wisata Dieng Kulon adalah desa eksotis yang berada di pusat pegunungan Dieng. Desa ini adalah salah satu.

Silahkan bagikan artikel ini ke media sosial kamu, jika memang dirasa dapat memberi manfaat kepada orang lain. Terima kasih!
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget