Desa Wisata Blimbingsari : Sejarah Unik, Sebuah Perjuangan

Siapapun yang pernah berkunjung di Desa Blimbingsari yang asri, rapi dan apik ini tidak mengira jika dulunya desa wisata ini adalah tempat yang menakutkan dan menjadi tempat simbol kematian.

Desa yang terletak di Kabupaten Jembrana, Bali ini memang mempunyai sejarah yang unik. Dahulu kala desa Blimbingsari adalah hutan (alas) yang angker dan penuh dengan binatang buas. Sebagian besar dari masyarakat Bali percaya, alas angker yang berada di bagian sebelah barat pulau Bali adalah simbol akan kematian, ini dikarenakan sebelumnya tidak ada kehidupan manusia yang bisa bertahan di bagian pulau tersebut.

Tapi jika Tuhan sudah berkehendak, maka tidak ada kata yang mustahil. Pada tahun 1939, atas ijin yang di berikan pemerintah Hindia Belanda beberapa orang mulai memberanikan diri membuka lahan persawahan dan pemukiman dalam alas angker ini.

Saat itu membuka lahan di alas angker ini dianggap sesuatu yang mustahil. Tetapi para perintis mempunyai keyakinan yang kuat serta bersedia untuk bekerja keras. Pada akhirnya sebuah desa dalam alas angker ini berhasil didirikan dan desa ini kemudian diberi nama Blimbingsari.

Sejarah unik Blimbingsari ini adalah salah satu kelebihan yang mampu dimanfaatkan untuk menarik wisatawan untuk datang. Setiap wisatawan yang datang pasti akan diceritakan sejarah Blimbingsari.

Rata-rata mereka kaget dan heran mendengarnya, karena Blimbingsari yang sekarang ini adalah desa yang bersih, hijau, damai, asri dan merupakan tempat menyenangkan untuk bersantai. Sama sekali tidak mengira jika desa ini dulunya adalah hutan yang angker.

Sejak awal Blimbingsari dirancang dengan tata ruang yang apik, bahkan mirip dengan sebuah resort. Tata ruangnya juga unik dan menjadi daya tarik tersendiri.

<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVs382LtsuZ2ebewV8bAlun7qP-zZbTqKfktsCaa-pa76BBiHoMd35xtJGMYdPY40eg149hUGS6qQUicyCMkW_yxVXHTl-axNMYVy0jL-pP6aG-r3ycOplcVAYxDYWVVtf4u1WJNcHvY8/s16000/Desa-Wisata-Blimbingsari.JPG" alt="Kisah Sukses Desa Wisata Blimbingsari yang memiliki sejarah unik"/>
Gambar : Kisah Sukses Desa Wisata Blimbingsari, Bali

Jika dilihat dari atas, tata ruang desa Blimbingsari ini berbentuk salib yang merefleksikan keimanan penduduk desa yang beragama Nasrani.

Walau mayoritas penduduk Desa Blimbingsari beragama Nasrani, tapi ternyata mereka sangat berkomitmen melestarikan warisan budaya Bali. Nilai-nilai Kristiani bisa membaur dengan keluhuran warisan budaya Bali.

Pada setiap bulan di minggu pertama dan hari-hari perayaan umat Nasrani, warga Blimbingsari merayakannya menggunakan adat Bali, mulai dari busana, hiasan penjor (janur) hingga musik gamelan Bali. Bahkan bentuk Gereja GKPB Pniel Blimbingsari pun mempunyai gaya arsitektur yang kental dengan nuansa kebudayaan Bali, sepintas mirip dengan pura.

Karena keunikannya, Dewan Gereja Dunia atau WCC menobatkan gereja ini sebagai salah satu gereja terunik di dunia. Keunikan kehidupan di Blimbingsari ini ternyata juga sangat menarik minat wisatawan.

Sejarah, tata ruang dan perpaduan budaya yang unik di desa Blimbingsari ini kemudian menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Wayan Murti atau sering dipanggil Pak Murti sebagai salah satu penggagas awal, sudah lama memimpikan Blimbingsari menjadi salah satu destinasi wisata terkemuka. Mimpi Wayan Murti ini bukanlah tanpa dasar.

Beliau melihat bahwa adanya potensi besar Blimbingsari sebagai destinasi wisata terkemuka dunia. Sejarah, tata ruang dan perpaduan budaya yang unik serta ditambah dengan keramahtamahan penduduknya, adalah magnet untuk mendatangkan wisatawan.

Setelah yakin akan potensi besar Blimbingsari, Wayan Murti kemudian berkomitmen penuh untuk mengembangkan potensi dari desa tersebut. Wayan Murti mengajukan pensiun dini dan pulang kembali ke Blimbingsari. Wayan Murti segera bergabung dalam Komite Pariwisata untuk segera bekerja mewujudkan mimpi tersebut.

Sejak dari awal sudah disepakati bersama bahwa pengembangan Desa Wisata Blimbingsari harus dibangun berbasiskan masyarakat. Ini artinya bahwa tidak akan dibangun hotel-hotel seperti layaknya destinasi wisata lain di Bali, namun lebih memilih memberdayakan rumah-rumah warga Blimbingsari sebagai homestay tempat menginap wisatawan.

Pada awalnya tidak ada warga yang mau jika rumahnya dijadikan homestay, sehingga memaksa para anggota Komite untuk menjadikan rumahnya sendiri sebagai homestay, termasuk juga rumah Wayan Murti. Bagi warga mengelola homestay hanya akan merepotkan saja. Saat itu wisatawan yang berkunjung masih terbatas, hanya dari kalangan Gereja yang membuat acara seminar atau retreat di Blimbingsari.

Komite Pariwisata kemudian bersepakat untuk memberikan imbalan yang layak kepada pemilik rumah jika kamarnya dijadikan homestay. Lambat laun, para pemilik homestay mulai dapat merasakan manfaatnya, baik secara ekonomi maupun sosial.

Biasanya pemilik rumah akan menceritakan sejarah desa dan segala hal unik di Blimbingsari dengan suasana akrab. Keakraban seperti inilah yang jarang ditemukan wisatawan jika menginap di hotel dan inilah salah satu kelebihan homestay di Blimbingsari.

Kendala lain yang muncul adalah rumah-rumah warga yang dijadikan homestay rata-rata didesain untuk keluarga, bukan untuk pariwisata. Kebanyakan hanya mempunyai wc jongkok dan itu pun hanya berjumlah satu wc untuk satu rumah, bercampur dengan keluarga pemilik homestay. Namun sepertinya para wisatawan tidak mempermasalahkan hal ini, karena dapat tertutupi dengan keramahan keluarga pemilik homestay.

[next]

Kendala ini tidak menyurutkan semangat penduduk Blimbingsari untuk mengembangkan pariwisata. Secara bertahap warga mulai melakukan perbaikan kamar mandi dan kamar tidur sehingga cukup layak untuk memenuhi standar pariwisata.

Tak hanya itu, Komite Pariwisata bekerja sama dengan berbagai pihak secara perodik mengadakan pelatihan ke warga tentang house keeping, food and beverages, pemandu wisata dan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM.

Mewujudkan mimpi menjadikan Blimbingsari sebagai destinasi terkemuka memang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Wayan Murti dan kawan-kawan membutuhkan waktu hingga 7 tahun untuk dapat membuat Blimbingsari mulai dikenal dan mampu mendongkrak perekonomi warga Blimbingsari secara umum. Keuletan dan kesabaran ekstra diperlukan untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Kini Desa Wisata Blimbingsari telah memberikan dampak positif ke warga, khususnya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Ada banyak kelompok warga desa yang secara langsung dapat menikmati kemajuan industri pariwisata Blimbingsari, antara lain pemilik homestay dan penyedia kuliner, pelestari seni budaya, pelaku agrowisata, para pelestari lingkungan, penangkaran Jalak Bali, peternak lebah dan madu, pemandu wisata, pengrajin cinderamata, pemerintah desa, Gereja dan sebagainya.

Berbagai paket wisata ditawarkan untuk menarik kunjungan wisatawan, mulai dari Conservation & Planting, Contactual Sunday Service, Cycling & Fun Walking, Fun Cooking, Hiking, Live In & Character Building, Painting & Decorations, Snorkling hingga Village Tours.

Desa Wisata Blimbingsari mempunyai tingkat kunjungan yang luar biasa. Pada tahun 2010 tercatat Blimbingsari menerima 1.847 wisatawan dan di tahun berikutnya (tahun 2011) terjadilah kenaikan jumlah para wisatawan yang sangat signifikan, yaitu 3.512 wisatawan.

Terjadi sedikit penurunan di dua tahun berikutnya, namun masih pada kisaran angka 2.593 (2012) dan 2.704 (2013). Mulai tahun 2014 hingga tahun 2017 ini, jumlah wisatawan yang berkunjung kembali meroket dan tercatat stabil di angka 3.700 (2014), 3.770 (2015), 3.302 (2016) dan 3.959 (2017).

Peningkatan jumlah wisatawan ini tentu saja juga menaikkan pendapatan warga Blimbingsari secara signifikan. Tahun 2017 Desa Blimbingsari menerima 3.959 wisatawan, dengan total pendapatan mencapai lebih dari Rp. 193 juta.

Sektor akomodasi atau homestay berhasil meraup pendapatan sebesar lebih dari Rp. 46,6 juta, sedangkan sektor makanan & minuman atau F&B meraup lebih dari Rp. 82,2 juta. Pendapatan dari sektor para pemandu atau guide tercatat lebih dari Rp. 13,6 juta, sedangkan dari sektor Seni Tari Tabuh Jegog/Gong meraup Rp. 10,8 juta.

Warga Blimbingsari senantiasa menjaga dan mengembangkan warisan seni budaya Bali dan mewujudkan Blimbingsari sebagai The Promissed Land, sebuah desa yang bersih, hijau, damai, asri dan lestari. Kiranya senantiasa diberkati Tuhan dan menjadi berkat dan terang bagi segala bangsa.

Terima kasih telah membaca artikel di Web-Blog FORMAT ADMINISTRASI DESA yang berjudul: Desa Wisata Blimbingsari : Sejarah Unik, Sebuah Perjuangan. Konten tersebut mengulas tentang Kisah sukses Desa wisata Blimbingdari. Desa Wisata Blimbingsari : Sejarah Unik, Sebuah Perjuangan. Paket wisata desa Blimbingsari.

Silahkan bagikan artikel ini ke media sosial kamu, jika memang dirasa dapat memberi manfaat kepada orang lain. Terima kasih!
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget